KREATIVITAS DALAM IKLAN
Frank Jefkins dalam buku Agustrijanto, Secara
spesifik, batasan bahwa inti periklanan berkaitan erat dengan keahlian-keahlian
khusus yang menyertainya yaitu kreativitas-kreativitas :
- Kreativitas untuk menarik perhatian.
- Kreativitas untuk memenangkan perhatian khalayak.
- Kreativitas untuk membangkitkan minat yang berlanjut pada tindakan konsumen.
- Kreativitas untuk pemilihan, penggunaan media-media yang paling efektif dari segi biaya.
Disimpulkan, periklanan adalah interaksi di antara 3 sisi ;
1. Pengiklan/pemasang iklan/produsen.
2. Biro Iklan.
3. Pemilik media yang akan memuat iklan.
4. Secara umum, setiap iklan harus memenuhi kriteria :
MENULIS IKLAN
1. Benar, pesan yang disampaikan tidak boleh ada unsur berbohong.
2. Bertanggung jawab, pengusaha iklan harus selalu siap menghadapi tuntutan jika yang
diiklankan ternyata menimbulkan kerugian bagi penggunanya.
3. Sesuai selera dan kesusilaan, artinya iklan harus akrab dengan etika dan susila yang berkembang di tengah masyarakat.
4. Iklan umpan, yakni iklan harus sesuai antara yang diiklankan dengan harga yang tertera.
5. Garansi dan Jaminan, bahwa kualitas produk harus dapat dibuktikan dan memang teruji.
6. Harga murah, yaitu iklan tdak boleh sembarangan menyatakan discount tanpa ada pertanggungjawaban atas data yang dimaksud yang bias disebut sebagai tindak penipuan.
7. Mutu palsu, maksudnya adalah iklan tidak boleh menjanjikan kualitas namun sebenarna mutunya tidak sepadan denan yang diinformasikan.
8. Testimonial, yakni kesaksian, bahwa jika menggunakan saksi maka saksi mata tersebut harus benar-benar berkompeten dan membuat pernyataan yang jujur adanya.
a. Berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agara tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
b. Pemberitahuan kepada halayak mengenai barang dan jasa yang dijual, dipasang di media
massa ( seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat-tempat umum. Sementara menurut kamus Inggris, Iklan adalah advertisement.
1. Benar, pesan yang disampaikan tidak boleh ada unsur berbohong.
2. Bertanggung jawab, pengusaha iklan harus selalu siap menghadapi tuntutan jika yang
diiklankan ternyata menimbulkan kerugian bagi penggunanya.
3. Sesuai selera dan kesusilaan, artinya iklan harus akrab dengan etika dan susila yang berkembang di tengah masyarakat.
4. Iklan umpan, yakni iklan harus sesuai antara yang diiklankan dengan harga yang tertera.
5. Garansi dan Jaminan, bahwa kualitas produk harus dapat dibuktikan dan memang teruji.
6. Harga murah, yaitu iklan tdak boleh sembarangan menyatakan discount tanpa ada pertanggungjawaban atas data yang dimaksud yang bias disebut sebagai tindak penipuan.
7. Mutu palsu, maksudnya adalah iklan tidak boleh menjanjikan kualitas namun sebenarna mutunya tidak sepadan denan yang diinformasikan.
8. Testimonial, yakni kesaksian, bahwa jika menggunakan saksi maka saksi mata tersebut harus benar-benar berkompeten dan membuat pernyataan yang jujur adanya.
a. Berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agara tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
b. Pemberitahuan kepada halayak mengenai barang dan jasa yang dijual, dipasang di media
massa ( seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat-tempat umum. Sementara menurut kamus Inggris, Iklan adalah advertisement.
Komunikasi Periklanan
Pendekatan dengan Semiotika
Pengertian Semiotika
Pendekatan dengan Semiotika
Pengertian Semiotika
Semiotika
adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkji tanda. Tanda-tanda alah
perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di
tengah-tengah manusia bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah
Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan
(humanity) memakai hal-hal (thinks). Memakai (to sinify) dalam hal ini tidak
dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan ( to communicate). Memaknai
berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana
objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda (Barthes, 1988 : 17; kurniawan, 2001 : 53). Dalam Alex
Sobur 15 : 2007.
Komunikasi Periklanan
Untuk mengkaji iklan dalam persfektif Semiotika, kita bisa mengkajinya lewat sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik yang verbal maupun yang berupa ikon. Iklan juga menggunakan tiruan indeks, terutama dalam iklan radio, televisi, dan film.
Komunikasi Periklanan
Untuk mengkaji iklan dalam persfektif Semiotika, kita bisa mengkajinya lewat sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik yang verbal maupun yang berupa ikon. Iklan juga menggunakan tiruan indeks, terutama dalam iklan radio, televisi, dan film.
Analisis Iklan
Untuk menganalisi iklan, kita juga bisa menggunakan atau meminjam model Roland Barthes, di mana ia menganalisis iklan Pasta “Panzani” berdasarkan pesan yang dikandungnya (Cobley & Jansz, 1999 : 47 – 48), yaitu :
Pesan Linguistik (Semua kata dan kalimat dalam iklan)
Pesan ikonik yang terkodekan (konotasi yang muncul dalam foto iklan – yang hanya befungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat), dan
Pesan ikonik tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan)
Untuk menganalisi iklan, kita juga bisa menggunakan atau meminjam model Roland Barthes, di mana ia menganalisis iklan Pasta “Panzani” berdasarkan pesan yang dikandungnya (Cobley & Jansz, 1999 : 47 – 48), yaitu :
Pesan Linguistik (Semua kata dan kalimat dalam iklan)
Pesan ikonik yang terkodekan (konotasi yang muncul dalam foto iklan – yang hanya befungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat), dan
Pesan ikonik tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan)
Menelaah Iklan Televisi
Beberapa orang-orang lelaki berkumpul sambil berbincang. Latar temapat kumuh. Pemainnya adalah beberapa pelawak tua (antara lan pak Bendot (alm). Wajah mereka sering disorot secara close up. Seorang tua memegang stop kontak dan kipas angin listrik “Kalau subsidi dicabut, rakyat kecil mati angin.” / Tokoh laki-laki tua yang lain. “Rakyat yang mana ? Mbok jangan pake alasan rakyat kecil terus, deh ! Dapat punya disubsidi. Rakyat kecil dikipas terus, ya kepanasan ! Angin, angiiiin ! / Laki-laki kedua : “Jaman susah, kipasin dong orang yang lebih kecil, agar kita-kita ini dapat angin toh ! “ Laki-laki pertama “Kipaaaas, kipaaaas!”/ laki-laki kedua “Angin-angiiiin” / Laki-laki pertama : Panaaassss, panaasss! Laki-laki kedua “ Angiiiin, angiiiin!”
Analisa Iklan
Beberapa orang-orang lelaki berkumpul sambil berbincang. Latar temapat kumuh. Pemainnya adalah beberapa pelawak tua (antara lan pak Bendot (alm). Wajah mereka sering disorot secara close up. Seorang tua memegang stop kontak dan kipas angin listrik “Kalau subsidi dicabut, rakyat kecil mati angin.” / Tokoh laki-laki tua yang lain. “Rakyat yang mana ? Mbok jangan pake alasan rakyat kecil terus, deh ! Dapat punya disubsidi. Rakyat kecil dikipas terus, ya kepanasan ! Angin, angiiiin ! / Laki-laki kedua : “Jaman susah, kipasin dong orang yang lebih kecil, agar kita-kita ini dapat angin toh ! “ Laki-laki pertama “Kipaaaas, kipaaaas!”/ laki-laki kedua “Angin-angiiiin” / Laki-laki pertama : Panaaassss, panaasss! Laki-laki kedua “ Angiiiin, angiiiin!”
Analisa Iklan
Persfektif Pembuat Iklan : Pihak yang ingin mensosialisasikan kenaikan harga listrik.
Persfektif ahli mitos : Berlagak berfihak pada rakyat.
Persfektif Pemirsa : Iklan sebagai corong PLN. Melihat lahak lagu pembawa iklan (pelawak) Atau iklan yang kurang berbudaya karena berbicara sambil berbaring. Menurut Van Zoest (1991 : 70 ) dalam Alex Sobur, Sebuah teks, tak pernah terlepas dari ideologi dan memiliki kemmapuan untuk memanipulasi pembaca atau pemirsa ke arah suatu ideologi.
NB. DIAMBIL DARI BLOG SESEORANG