di susun oleh :
Rizqi Awwaliyah
Rizqi Awwaliyah
Dosen Pembimbing :
Lilik Hamidah, S.Ag., M.Si.
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2012
KATA
PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, tugas makalah mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya dengan tema “KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA dan PERUBAHAN SOSIAL” ini dapat terselesaikan dengan baik dan alhamdulillah tepat pada waktunya. Kami menyusun makalah ini guna memenuhi tugas kelompok dan juga agar lebih memahami tema yang kami pilih.
Dalam makalah ini, kami berusaha menampilkan isi secara rinci dan jelas. Kami juga mengulas poin-poin penting agar wacana yang kami tulis dapat dipahami dengan baik, namun tetap mudah dicerna oleh pembacanya.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Lilik Hamidah, S.Ag., M.Si.
selaku dosen mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya, yang telah memberi
acuan kepada kami.
2. Teman-teman kami dan pihak-pihak lain yang telah membantu serta mendukung kami, sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Akhir kata, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf jika ada kekeliruan yang disengaja ataupun tidak disengaja, dalam penyusunan tugas ini. Kami juga menerima kritik dan saran, agar tugas-tugas kami berikutnya dapat lebih baik dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi semua, khususnya pembacanya.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Mei 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah
kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang
terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada
kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya,
sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan
yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial. Gillin dan Gillin
menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan,
dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya
penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk
pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau
sebab-sebab ekstern. Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang memengaruhi istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah
perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam
masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.
Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan
gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi
interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat. Perubahan sosial terjadi karena
adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat,
seperti perubahan dalam unsurunsur geografis, biologis, ekonomis, dan
kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang dinamis.
BAB
II
HUBUNGAN
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DENGAN PERUBAHAN SOSIAL
Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial
adalah sebagai berikut.
1.
Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang
memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada
bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam
beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal
theories of evolution, dan multilined theories of evolution.
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk
kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan
tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya
sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak
perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti
suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah
bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi
kelompok yang heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap
tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan
penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke
sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.
2.
Teori Konflik ( Conflict Theory )
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik
bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau
pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan
mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial
dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat.
3.
Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag
(kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan
bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan
dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja
berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti
kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan
unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan
kesenjangan sosial atau cultural lag .
4.
Teori Siklis ( Cyclical Theory )
Beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut.
a. Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat
tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh
Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap
peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses
siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.
b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam
siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem
kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh
nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana
kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang
berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi
merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus
kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban
besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang
dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk berikut ini.
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut
terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat.
Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena
masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan
berubah menjadi kompleks. Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu
perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Berikut ini beberapa persyaratan
yang mendukung terciptanya revolusi.
a.
Ada
keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b.
Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang
mampu memimpin masyarakat tersebut.
c.
Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan
revolusi.
d.
Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat
ditunjukkan kepada rakyat.
e.
Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta
menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan
untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada
unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh
berarti bagi masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan
yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent
of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan
masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Perubahan yang tidak dikehendaki
atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan
pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan.
4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi
karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang
berasal dari luar masyarakat.
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab
Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam
masyarakat (sebab intern)
1)
Dinamika penduduk
2)
Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di
masyarakat
3)
Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam
masyarakat.
4)
Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu
menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar.
b . Sebab-Sebab
yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya
sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini
sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1)
Adanya pengaruh bencana alam.
2)
Adanya peperangan
3)
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a.
Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling
berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan.
- Sistem Pendidikan Formal yang Maju.
- Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
- Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
- Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
- Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras,
dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan.
g.
Orientasi ke Masa Depan
- Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
- Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi membuat sulit menerima kemajuan dan
perubahan zaman.
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas
Kebudayaan
e . Adanya Kepentingan-Kepentingan
yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest)
f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah
oleh bangsa lain
g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya
Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya
perubahan sosial budaya.
1. Memunculkan
ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan
rasional.
3. Terciptanya
penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih
modern dan ideal.
Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya
perubahan sosial budaya.
1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang
terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan
kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi
pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya
kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.
Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk,
pola, dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Sebagai pelajar tentu harus
bisa menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat. Sikap apriori yang berlebihan tentu saja tidak
perlu kalian kedepankan, mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab
terhambatnya proses perubahan sosial budaya yang berujung pada terhambatnya
proses perkembangan masyarakat dan modernisasi.
BAB
III
ANALISIS
1.
Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Menurut Paul B. Horton dan Chester
L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat
perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah
rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
b.
Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada
beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung
menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan.
Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju
seperti yang diinginkan oleh teori ini.
c.
Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya,
ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya.
Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang
merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan
perubahan akan mencapai titik akhir.
Padahal perubahan merupakan sesuatu yang bersifat
terus-menerus sepanjang manusia melakukan interaksi dan sosialisasi.
2.
Teori Konflik ( Conflict Theory )
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap
adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah
merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung
terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang
pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf
Dahrendorf.
Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih
menitikberatkan pada hal berikut ini.
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan
masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan
konflik.
d.
Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh
golongan yang lainnya.
3.
Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )
Para penganut Teori Fungsionalis lebih
menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan
penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan
masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah
diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat,
maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat,
tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan
ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn.
Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah
sebagai berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan
masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d.
Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di
kalangan anggota kelompok masyarakat.
4.
Teori Siklis ( Cyclical Theory )
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu
tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam
setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya.
Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan
sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau
ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari
bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses
revolusi memerlukan persyaratan tertentu.
Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi Islam
Iran pada tahun
1978-1979 yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi
yang otoriter dan mengubah sistem pemerintahan monarki menjadi sistem Republik
Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpinnya
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode
pakaian. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak
industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan
pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata
pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Contoh perubahan
yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai
peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan
peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
a
. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
1)
Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan
jumlah penduduk.
2)
Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di
masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru
yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3)
Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam
masyarakat.
4)
Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu
menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia
(Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya
menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis.
Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara
hingga tatanan dalam keluarga.
b
. Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
1)
Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang
memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah
kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru,
maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang
baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada
struktur dan pola kelembagaannya.
2)
Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang
antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya
akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3)
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya
dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu
kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity.
Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain,
maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli
dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a.
Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling
berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan.
Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau
merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut
dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang
ada.
- Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka
pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini
akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya
dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
- Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk
berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
- Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak
pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk
itu, toleransi dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
- Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal
yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi
mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal
ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan
dirinya.
- Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras,
dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat
menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya
perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai
keselarasan sosial.
- Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat
selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang
disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
- Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat
menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk
mengubahnya.
- Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya
yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan
pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang
terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena
masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat
terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika
masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas
Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna,
kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau
kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari
risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan
yang telah ada.
e . Adanya
Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest
Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan
menghambat terjadinya perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan
lebih tinggi tentunya akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah
yang menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah
oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang
berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa
penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh
asing.
g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah,
biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat
yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya
sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin
dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat
masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi
tidak akan digunakan.
i . Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah
pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan
dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini
tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.
Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara
pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa
perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan
hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku
masyarakatnya.
Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Sikap menerima setiap perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut
cenderung akan membuat kita meniru (imitasi) terhadap setiap perubahan sosial
budaya yang terjadi, meskipun perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang
bersifat negatif. Kita diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis
terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan
sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya khazanah
kebudayaan bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang bersifat
negatif harus kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam kehidupan
masyarakat kita.
Dalam pelaksanaannya, kita harus mampu mengikuti perkembangan zaman
dengan memperluas pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Namun di
sisi lain, nilai-nilai dan norma kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus
kalian jaga dan lestarikan.
BAB
IV
KESIMPULAN
perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut
terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern. perubahan sosial
adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang memengaruhi istem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan
sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia
dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.
Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial
adalah sebagai berikut.
1.
Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu unilinear
theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined
theories of evolution.
2.
Teori Konflik ( Conflict Theory )
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik
bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau
pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil
3.
Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )
Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja
berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti
kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan
unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan
kesenjangan sosial atau cultural lag .
4.
Teori Siklis ( Cyclical Theory )
Beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut.
a. Teori Oswald
Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat
tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua.
b. Teori Pitirim A.
Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam
siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem
kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
c. Teori Arnold
Toynbee (1889-1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus
kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk berikut ini.
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
3. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab
Intern)
1)
Dinamika penduduk
2)
Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di
masyarakat
3)
Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam
masyarakat.
4)
Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu
menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar.
b
. Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
1)
Adanya pengaruh bencana alam.
2)
Adanya peperangan
3)
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a.
Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
- Sistem Pendidikan Formal yang Maju.
- Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
- Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
- Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
- Heterogenitas Penduduk
- Orientasi ke Masa Depan
- Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
- Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas
Kebudayaan
e . Adanya
Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest
Interest)
f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
i . Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya
Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya
perubahan sosial budaya.
1. Memunculkan
ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan
rasional.
3. Terciptanya
penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih
modern dan ideal.
Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya
perubahan sosial budaya.
1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang
terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan
kemajuan budaya dan kemajuan zaman
3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama
Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Sikap apriori yang berlebihan tidak perlu di kedepankan, mengingat sikap
tersebut merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses perubahan sosial
budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat dan
modernisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Berry,
J.W. (1999). Psikologi Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi. Alih Bahasa
dari
Edi Suhardono. 1999.Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Forse,
Michel. (2004). “Teori-Teori Perubahan Sosial” dalam Sosiologi, Sejarah dan
Pemikirnya. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Liliweri,
A. (2007). Prasangka & Konflik, Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur. Yogyakarta : LkiS.
Samovar,
L.A., Porter, R.E., dan McDaniel,
E.R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya;
Communication Between Cultures. Jakarta:
Salemba Humanika
web blog
Smart Click yang anda access pada tanggal 15 May 2012
terbiak
BalasHapusAgung was here
BalasHapus