EFEK MEDIA MASSA
(Di
Tujukan Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata
Kuliah “Komunikasi Massa”)
Oleh :
Rizqi Awwaliyah (B36209019)
Dosen Pengampu :
Drs. A.M. Moefad, SH., M.Si.
4/G3 ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN
AMPEL
SURABAYA
2011
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, tugas makalah mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi yang mengambil tema “Efek Media Massa” ini dapat terselesaikan dengan baik dan alhamdulillah tepat pada waktunya. Saya menyusun makalah ini guna memenuhi tugas individu dan juga agar lebih memahami tema yang saya pilih.
Dalam makalah ini, saya berusaha menampilkan isi secara rinci dan jelas. saya juga mengulas poin-poin penting agar wacana yang kami tulis dapat dipahami dengan baik, namun tetap mudah dicerna oleh pembacanya.
Tak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. A.M.
Moefad, SH., M.Si.selaku dosen mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi, yang telah
memberi acuan kepada saya.
2. Teman-teman kami dan pihak-pihak lain yang telah membantu serta mendukung saya, sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Akhir kata, saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Saya mohon maaf jika ada kekeliruan yang disengaja ataupun tidak disengaja, dalam penyusunan tugas ini. Saya juga menerima kritik dan saran, agar tugas-tugas kami berikutnya dapat lebih baik dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi semua, khususnya pembacanya.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Juni 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut para
Model Uses and Gratification boleh disebut sebagai model efek moderat sebagai
bandingan terhadap model efek terbatas dari Klapper. Apa yang mendorong kita
untuk menggunakan media? Mengapa pencetusnya, Elihu Katz, Jay G. Blumler dam
Michael Gurevitch, uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara
psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau
sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau
keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan
akibat-akibat lain. Asumsi-asumsi dari teori ini adalah sebagai berikut :
a.
Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari
penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
b.
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk
mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
c.
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanya bagian dari
rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi
melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang
bersangkutan
d.
Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak: artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
e.
Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus
ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Model used and
gratification memandang individu sebagai mahluk suprarasional dang sangat
efektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang jelas, dalam model ini
perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan
BAB II
TEORI AGENDA SETTING
Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa
media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya.
Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan
sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus
disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang
penyajian[1] dan cara penonjolan[2]
. Misalnya berita tebunuhnya gembong teroris Dr. Azahari yang terus menerus
disiarkan dalam waktu rata-rata 30 menit dalam dalam televisi dan disajikan
dalam surat kabar hampir mengisi seluruh halaman.
Teori Agenda Setting
pertama pada konsep “The World Outside and the Picture in our head”[3],
penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika mereka meniliti
pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan antara lain walaupun para
ilmuwan yang meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti
yang disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini
mereka menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan
peranan yang penting dalam membentuk realitas sosial kita, ketika mereka
melaksanakan tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita.
Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan
hal-hal
lain melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali
minat peneliti pada efek komunikasi massa.
lain melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali
minat peneliti pada efek komunikasi massa.
BAB
III
EFEK
KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi
massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial
ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu,
efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui
berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui
metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis sosial. Yang
dimaksud dengan analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil
kerja dan berkaitan dengan wtak serta kodrat manusia.
Donald K Robert mengungkapkan,
“efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”.
Oleh karena fokusnya adalah pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang
disampaikan oleh media massa.
Dalam proses
komunikasi, pesan dalam media massa dapat menerpa seseorang baik secara
langsung mapun tidak langsung. Oleh karena itu, Stamm menyatakan “efek
komunikasi massa terdiri atas primary effect dan secondary effect.
Menurut Steven
M Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan
pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media
itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang
terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap,
perasaan dan perilaku atau atau dengan istilah lain dikenal sebagai observasi
terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang
dikenai efek komunikasi massa.
BAB IV
EFEK KEHADIRAN
MEDIA MASSA
Mc Luhan mengemukakan media
is the message, media adalah pesan itu sendiri. Oleh
karena itu, bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Menurut Steven M. Chaffee,
ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu :
a.
Efek Ekonomi, kehadiran media massa memberikan berbagai usaha produksi,
distribusi, dan konsumsi jasa media massa.
b.
Efek Sosial, berkatian dengan perubahan pada struktur atau interaksi social
sebagai akibar dari kehadiran media massa
c.
Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari, Kehadiran media massa membuat aktivitas
sehari-hari berpangaruh terhadap adanya media. Di pagi hari, biasanya
masyarakat kota membaca Koran dahulu, Di malam hari, dimana anak-anak
seharusnya tidur, tapi malah menonton tv.
d.
Efek Hilangnya Perasaaan Tidak Nyaman, orang menggunakan media untuk memuaskan
kebutuhan psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman,
perasaan kesepian, marah, kesel, kecewa dan sebagainya.
e.
Efek menumbuhkan Perasaan Tertentu, terkadang seseorang akan mempunyai perasaan
positif atau negative terhadap media tertentu. Misalnya orang akan mempunyai
perasaan positif terhadap Koran Kompas dari pada Koran Pos Kota. Tumbuhnya
perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya
dengna pengalaman individu bersama media massa tersebut.
BAB V
EFEK MEDIA MASSA
Dalam bagian ini akan dibahas mengenai efek pesan media
massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, efek behavioral.
a.
Efek Kognitif
Akibat yang timbul pada diri komunikasn yang sifatnya
informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang
bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang
bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
Dengan berlangganan Koran Pos Kota, kita akan menduga bahwa
dunia ini dipenuhi denga tindakan perkosaan, penganiyaan dan criminal. Dengan
melihat acara criminal di televisi, kita cenderung mengatakan bahw di sekitar
kita sudah tidak aman lagi. Dengan demikian jelaslah bahwa naik surat kabar
maupun televise dapat menonjolkan situasi atau orang tertentu di atas situasi
atau orang yang lain.
Media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka
sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan
social yang timpang, bias dan tidak cermat. Media massa melaporkan dunia nyata
secara selektif maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi
pembentukan citra tentang lingkungan social yang timpang, bias dan tidak
cermat.
Efek Prososial Kognitif adalah bagaimana media massa
memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televise menyebabkan
kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik da benar, maka televisi
telah menimbulkan efek prososial kognitif. Film Sesame Street yang
dirancang para pendidik, psikolog dan ahli media massa. Setelah melalui
berbagai penelitian, terbukti film ini telah berhasil mempermudah proses
belajar.
b.
Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tingga daripada efek kognitif.
Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan
perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
Kegembiraan juga tidak dapat diukur dengan tertawa keras
ketika menyaksikan adegan lucu. Tetapi para peneliti telah berhasil menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media
massa. Faktor-faktor tersebut antara lain :
- Suasana
emosional, menonton sebih sinetron di televisi atau membaca novel akan
dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan
kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya dalam keadaan senang.
- Skema
Kognitif, merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang
alur peristiwa. Kita tau bahwa dalam sebuah film action ‘sang jagoan; pada
akhirnya akan menang.
- Suasana
Terpaan (Setting Exposure), Tayangan misteri di tv, membuat kita berpikir bahwa kehidupan mahluk
itu adalah sebagaimana yang kita lihat dalam film atau sinetron tersebut.
-
Predisposisi Individual, mengacu pada karakteristik khas individu. Orang yang
melankolis cenderung menanggapi trahdi lebih emosional daripada orang yang
periang. Orang yang periang akan senang bila melihat adegan-adegan lucu atau
film komedi daripada orang yang melankolis. Beberapa pnelitian membuktikan
bahwa acra yang sama bisa ditanggapi berlainan oleh orang-orang yang berbeda.
- Faktor
Identifikasi, menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang
ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca atau
pendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh tersebut.
c.
Efek Behavioral
Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan di TV membuat orang
menjadi beringas. Siaran memasak di tv membuat ibu-ibu lebih gemar memasak dan
kreatif. Namun ada juga laporan bahwa, televise gagal mendorong pemirsanya
untuk menabung di Bank. Film tidak sanggup memotivasi remaja perkotaan untuk
menghindari pemakaian obat-obat terlarang.
Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa
tidak bergantung hnaya pada unsure stimulus yang ada pada media massa saja.
Kita memerlukan teori, menuut teori belajar Sosial dari bandura, orang
cenderungmeniru prilaku yang diamati. Stimulus menjadi teladan untuk
perilakunya. Penyajian kekerasan dalam media massa menyebabkan orang melakukan
kekerasan pula. Jadi sejauh ini, tampaknya teori belajar sosial dapat
diandalkan untuk menjelaskan efek behavioral media massa.
BAB
VI
DAMPAK
SOSIAL MEDIA MASSA
Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan
tindakan khalayak. Media membentuk opini public untuk membawakannya pada
perubahan yang signifian. Kampanye nasional larangan merokok di tempat-tempat
umum memiliki kekuatan pada pertengahan tahun 1990-an dengan membanjirnya
berita-berita tentang bahaya merokok bagi perokok pasif. Disini secara instant
media massa dapat membentuk kristalisasi opini public untuk melakukan tindakan
tertentu. Kadang-kadang kekuatan media massa hanya sampai pada ranah tertentu.
Dominick menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada
pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa, terutama televise
yang menjadi agen sosialiasasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan
penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardianto,
Drs. Elvinaro. 2009. Komunikasi Massa. Bandung: Refika Offset
Susanto,
Dr. Phil. Astrid S. 1982. Komunikasi Massa 2. Bandung: Angkasa Offset
Vivian,
john. 2008. Teori Komunikasi (edisi 8). Jakarta: Kencana
kommabogor.wordpress.com/2007/12/31
scribd.com/doc/38035667
Tidak ada komentar:
Posting Komentar